Kamis, 27 September 2012

Jangan Mau Berdamai Dengan Polisi Kalau Kamu di Tilang

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Saudara (i) Sekalian, Bila Anda ditimpa Musibah, maka kembalikan semuanya Kepada Allah Swt. انا لله وانا اليه راجعون
dan Bila Anda kena Tilang, jangan mau berdamai dengan polisi. Namun, Alangkah baiknya, kalau kena tilang mending bayar denda saja.dan kenali surat tilang dengan baik, agar tidak mudah dikibuli. hehehe...

Baca dengan baik kisah dibawah ini, semoga bisa menjadi pelajaran buat kita semua dan mengambil manfaat dari kisah ini :)

Kisah Sopir dengan Polisi

Suatu hari, ada seorang sopir yang dihalau oleh pak polisi, dan terjadilah dialog antara si sopir dengan pak polisi:



“Selamat siang pak, bisa minta SIM dan STNKnya?”. Kata polisi.
“Baik pak”. Sopir angkutan mengeluarkan SIM dan STNKnya.
“Bapak tahu kesalahannya apa?”. Kata polisi kemudian.
“Ga pak”. Jawab sopir angkutan.
“Ini, nomor polisinya tidak seperti seharusnya”. Polisi sambil menunjuk plat nomor yang memang sudah tidak berstandar.
Polisi kemudian langsung mengeluarkan jurus saktinya dengan mengeluarkan surat tilang dan menulis surat tilang dengan sigap.
“Pak jangan ditilang deh, saya tidak tahu plat aslinya kemana. Kalau ada pasti saya pasang”. Kata sopir angkutan.
“Sudah saya tilang saja!”. Nada polisi keras. “Kamu tahu sekarang banyak mobil curian?”.
“Kok gitu! Angkutan saya kan bukan curian, ini ada STNKnya”. Sopir angkutan ikut bernada keras.
“Kamu ini di bilangin kok ngotot”. Polisi lebih tegas.
Polisi menyobek form surat tilang warna merah.
“Maaf pak saya tidak mau form surat tilang warna merah, saya maunya form surat tilang warna biru”. Kata sopir angkutan.
“Form surat tilang warna biru sudah tidak berlaku mulai seminggu ini”. Kata polisi.
“Sejak kapan pak form warna biru sudah tidak berlaku?”. Sopir angkutan menegaskan pertanyaannya.
“Inikan dalam rangka operasi. Kamu tidak boleh minta form surat tilang warna biru. Dulu mungkin kamu bisa minta form surat tilang warna biru tapi sekarang tidak bisa. Jika kamu tidak mau, kamu ngomong sama komandan saya”. Kata polisi.
“Baik pak, kita menghadap komandan bapak sekalian”. Sopir angkutan seolah nantang polisi.
Dalam hati polisi “Berani bener nih sopir angkutan”.
Sejenak kemudian.
“Heh, kamu jangan melawan polisi. Kamu bisa diperkarakan”. Polisi setengah bingung.
“Siapa yang melawan pak, saya cuma minta form surat tilang warna biru”. Kata sopir angkutan. “Bapakkan yang tidak mau kasih”. Kata sopir angkutan kemudian.
“Kamu jangan macam - macam, kamu bisa saya kenakan pasal melawan petugas!”. Polisi menakuti sopir angkutan.
“Saya tidak melawan!?”. Kata sopir angkutan. “Kenapa bapak bilang form surat tilang warna biru tidak berlaku? Sekarang gini saja pak, kalau bapak keberatan menghadap bersama kepada komandan bapak, saya foto bapak saja ya? Biar saya menghadap komandan bapak sendiri dan menunjukkan foto bapak”. Sopir angkutan mengambil handphone dari saku celananya.
“Wah hebat benar sopir angkutan ini”. Kata ku dalam hati. heheh :)
Polisi menghindari jebretan sopir angkutan yang mengambil gambar polisi tersebut dan seolah polisi mau lari meninggalkan tempat.
Salah satu rekan polisi mendekati polisi yang menilang sopir angkutan dan sopir angkutan.
“Ada apa ini?”. Kata polisi yang mendekat.
“Bapak itu tidak mau kasih form surat tilang warna biru”. Kata sopir angkutan sembari menunjuk polisi yang menilangnya.
“Ini saya kasih form surat tilang warna biru”. Polisi yang menilang kesal.
Lalu polisi yang menilang menulis nominal denda Rp 30.600;
“Ini kamu transfer ke BRI, setelah itu kamu kesini ambil SIM, saya tunggu”. Kata polisi yang menilang.
“Yes, gitu dong kalau gini dari tadikan enak”. Kata sopir angkutan.
Kemudian sopir ankutan kembali ke dalam angkutan dan menjalankan angkutannya.
“para penumpang, kita ke bank BRI sebentar ya, saya mau transfer denda tilang dulu”. Kata sopir angkutan pada para penumpang.
“Iya pak”. Penumpang mempersilahkan.
Tidak lama kemudian sopir angkutan kembali ke angkutan, sopir angkutan sangat senang.
“Saya senang, meskipun saya ditilang saya juga bisa memberi pelajaran pada polisi”. Sopir angkutan tersenyum. “Untung saya paham macam - macam surat tilang”.

“Kita berhak meminta form surat tilang warna biru dan tidak perlu menunggu waktu dua minggu untuk sidang. jangan pernah pikir MINTA DAMAI, lebih baik kita bayar mahal ke negara dari pada ke oknum”. Tambah sopir angkutan.

Dari obrolan dengan sopir angkutan tersebut dapat disimpulkan:
SLIP MERAH, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara hukum (ikut sidang) di pengadilan setempat. Itupun dipengadilan nantinya masih banyak calo, antrian panjang dan oknum pengadilan yang melakukan pungutan liar berupa pembengkakan nilai tilang. Kalau tidak ikut sidang dokumen dititipkan dikejaksaaan setempat, dikejaksaanpun bayak oknum kejaksaan yang melakukan pungutan liar dengan pembengkakan nilai.
SLIP BIRU, berarti kita mengakui kesalan kita dan bersedia membayar denda dengan cara mentransfer melalu ATM ke nomor tertentu (kalau tidak salah nomor rekening bank BUMN). Setelah itu kita bawa tanda bukti transferan kepolsek terdekat dimana kita ditilang untuk mengambil SIM atau STNK.
Denda yang tercantum dalam KUHP jalan raya tidak melebihi Rp 50.000; dan dendanya sepenuhnya resmi masuk ke kas negara.


Semoga Bermanfaat
Wallahul Haadi Ilas Shiratil Mustaqim

Senin, 17 September 2012

Penemuan Angka Nol




Jangan sepelekan angka nol. Bayangkan, apa jadinya jika deret angka hanya ada sembilan angka (1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9) saja tanpa nol? Tentu akan muncul permasalahan- permasalahan, misalnya, dari mana muncul angka puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, atau puluhan juta?

Nah, dengan adanya nol, semua permasalahan itu pun terpecahkan. Berkat angka nol, deret hitung menjadi semakin luas dan berfungsi sebagaimana mestinya.

Selain fungsinya yang penting, angka nol juga mempunyai sejarah panjang. Dari manakah sebenarnya angka ini berasal? Dan, siapa pula penemunya? Mungkin banyak yang mengira, ilmuwan Eropalah penemunya. Sejatinya, angka nol justru ditemukan oleh ilmuwan Muslim. Dia adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Ia lahir di Khawarizmi (sekarang Khiva), Uzbekistan, pada 194 H/780 M.

Tak banyak informasi yang menjelaskan secara mendalam mengenai sosok dan riwayat hidup Al-Khawarizmi. Tetapi, sejarah singkatnya terdapat dalam kitab Al-Fihrist Ibn an-Nadim, yang juga menjelaskan karya-karya tulisnya.

Di situ disebutkan, Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara tahun 813 hing ga 833. Setelah Islam masuk ke Persia dan Baghdad menjadi pusat ilmu serta perdagangan, banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India mendatangi kota tersebut, termasuk Al-Khawarizmi.

Di sana, ia menjadi bagian dari para ilmuwan yang bekerja di Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), sebuah lembaga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Ma’mun Ar-Rasyid, khalifah ketujuh Dinasti Abbasiyah. Oleh guru besar studi Islam Temple University AS, Mahmoud Ayoub, Bayt al-Hikmah disebut sebagai institusi pendidikan tinggi pertama di dunia Islam dan juga Barat. Di lembaga ini, Al- Khawarizmi belajar ilmu alam dan matematika, juga terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.

Dulu, sebelum Al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan menggunakan semacam daftar yang membedakan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterus nya. Daftar yang dikenal sebagai abakus itu berfungsi menjaga setiap angka dalam bilangan agar tidak saling tertukar dari tempat atau posisi mereka dalam hitungan.

Sistem tersebut berlaku hingga abad ke-12 M, ketika para ilmuwan Barat mulai memilih menggunakan raqm al-binji (angka Arab) dalam sistem bilangan mereka. Raqm albinji menggunakan angka “nol” yang diadopsi dari angka India, meng hadir kan sistem penomoran desimal yang belum pernah digunakan sebelumnya.

Nah, lewat buku pertamanya, Al- Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al- Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan), Al-Kha warizmi memperkenalkan angka nol yang dalam bahasa Arab yang disebut shifr. Karya monumental itu juga membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.

Buku itu diterjemahkan di London pada 1831 oleh matematikawan Inggris, Fredrick Rosen, dan selanjutnya diedit dalam bahasa Arab pada 1939 oleh dua matematikawan Mesir, Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad. Sebelumnya, pa da abad 12, karya ter sebut juga diter- jemahkan oleh se orang mate matikawan asal Chester, Inggris, Robert (Latin: Robertus Castrensis), dengan judul Liber Algebras et Al-mucabola.

Masih pada abad yang sama, buku berbahasa Latin itu kemudian diedit oleh matematikawan asal New York, LC Karpinski. Versi ke duanya, De Jebra et Almucabola, ditulis oleh Gerard da Cremona (1114–1187), matematikawan dan penerjemah asal Italia. Buku yang ditulis Gerard itu disebut-sebut lebih baik dan bahkan mengungguli buku Fredrick Rozen.

Dengan demikian, meski telah diperkenalkan pada pertengahan pertama abad ke-9, angka nol baru dikenal dan digunakan oleh kalangan ilmuwan Barat dua setengah abad kemudian. Menyusul diperkenalkannya angka nol oleh Al- Khawarizmi maka untuk pertama kalinya nol digunakan sebagai pemegang tempat dalam notasi berbasis posisi. Dunia perlu berterima kasih pada ilmuwan yang satu ini karena dengan angka nol yang diperkenalkannya, bilangan 2012 dan 212 dapat dibedakan.

Pada abad ke-12, matematikawan Muslim asal Spanyol, Ibrahim ibn Meir ibn Ezra, menulis tiga risalah mengenai angka yang membawa simbol- simbol India dan pecahan desimal ke Eropa hingga men dapatkan perhatian dari sejumlah ilmuwan di sana. Risalah ber judul The Book of The Number itu menjelaskan tentang sistem desimal untuk bilangan bulat dengan nilai tempat dari kiri ke kanan. Ibn Ezra menggunakan nol dengan sebutan galgal (yang berarti roda atau lingkaran).

Selanjutnya, pada 1247, matematikawan Cina, Ch’in Chiu-Shao, menulis Mathematical Treaties in Nine Sections yang menggunakan simbol O untuk nol. Dan pada 1303, Zhu Shijie menggunakan simbol yang sama untuk nol dalam karya nya Jade mirror of the Four Elements. Sistem angka tersebut selanjutnya juga berkembang di Eropa.

Semoga Bermanfaat
Wallahul Haadi Ilas Shiratil Mustaqim